Pupuk Sulit, Harga Karet Turun

Lentera-PENDIDIKAN.com,MUARA ENIM-Para petani Karet di Kabupaten Muara Enim lesu darah dan khawatir. Pasalnya, selain harga karet mulai turun, juga hampir tiga tahun petani kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi sehingga kondisi tanaman karet produksinya menurun.

“Saat ini, harga Karet baik yang bulanan maupun yang mingguan turun. Saya tidak tahu apa penyebabnya, tapi informasi karena harga karet dunia juga turun,” ujar Ketua Kelompok Tani Bina Mulya Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim Sulbahri, Rabu (25/6/2025).

Menurut Sulbahri, untuk bulan Juni ini harga Karet bulanan Rp 13.400/kg yang sebelumnya pada bulan Mei Rp 15.100/kg. Begitupun untuk harga karet 2 mingguan dari Rp 11.300/kg pada bulan Mei menjadi Rp 10.100/kg pada bulan Juni ini.

“Kalau yang bulanan kita jual di Tempat Penimbangan Karet (TPK) yakni Koperasi, kalau yang 2 Mingguan itu biasanya di tengkulak. Tergantung kebutuhan perekonomian masing-masing petani,” ujar Sulbahari yang merupakan tokoh masyarakat Darmo ini.

Dikatakan Sulbahri, kekhawatiran kami sebagai petani karet selain harga karet dunia yang tidak menentu, juga masalah kondisi tanaman. Sebab sudah tiga tahun terakhir para petani Karet dan Sawit tidak bisa lagi membeli pupuk bersubsidi melalui kelompok tani (RDKK) seperti pupuk Urea, SP36 dan MPK Ponska, sehingga para petani tidak bisa lagi melakukan pemupukan dan hanya pasrah membiarkan tanaman tumbuh dan bertahan sendiri secara alami. Akibat tidak pernah di Pupuk membuat produksi getah karet menurun dan imbasnya pendapatan petani juga akan menurun. Belum lagi penurunan produksi tersebut akibat yang alami seperti karena faktor musim kemarau dan hujan. Sebab kalau kemarau getahnya sedikit, dan kalau hujan petani tidak bisa menyadap karet.

“Saya sudah tanya ke petugas penyebab tidak dapat lagi pupuk bersubsidi, katanya memang dihentikan dari pemerintah. Dan kita sudah coba mau beli yang non subsidi itu susah juga mendapatkannya,” tegasnya.

Lanjut Sulbahri, dengan tidak adanya pupuk tersebut otomatis petani hanya pasrah menyerahkannya ke alam dan Allah SWT untuk memupuknya dan memeliharanya. Sebab jika menggunakan pupuk kandang itu tidak bisa karena sifat pupuk kandang bisa menimbulkan jamur maupun rayap yang merupakan musuh tanaman karet sebab bisa menimbulkan jamur akar yang membuat mati tanaman karet.

Saat ini, sambung Sulbahri, setiap anggota kelompoknya yang berjumlah 105 orang bisa menghasilkan karet 3-5 pikul perbulannya tergantung kondisi tanaman masing-masing petani. Sulbahri berharap kedepan harga Karet naik kembali minimal stabil dan ada kemudahan kembali mendapatkan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Sebab hal ini sejalan dengan program Presiden RI untuk meningkatkan perekonomian para petani dan swasembada pangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *